Dosa Ketua Ormawa: Kampus dan Negara Mau Dibawa Kemana?
Redaksi
Opini
11 Jun 2024
Seringkali kita mendengar kampus adalah miniatur sebuah negara, sedikit banyak saya setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi pada tulisan ini saya menyebutnya sebagai negara kecil yaitu Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) dan negara kita yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di negara kita ada partai berkuasa dan partai yang gagal berkuasa, sama halnya yang terjadi di negara kecil kita. Negara kita memiliki rezim dan oposisi, serupa dengan yang terjadi di negara kecil ini. Di negara kita tumbuh subur nepotisme, lalu apakah hal tersebut terjadi pula di negara kecil kita?
Tidak jarang, kita dipertontonkan oleh negara kita yang dengan sengaja mempertontonkan praktik nepotisme secara masif oleh para petinggi negara sendiri. Hal ini sudah menjadi rahasia super umum, ketika jabatan strategis tak lagi dijabat oleh ahli di bidang tersebut. Pembagian jabatan pada pemerintahan selayaknya arisan ibu-ibu sosialita yang seringkali kita lihat di sosial media dan hanya berputar pada kelompok-kelompoknya saja, sehingga kinerjanya pun dapat dinilai tidak jelas seperti yang terjadi pada Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Johnny G. Plate yang terjerat kasus korupsi dan sempat menjadi bahan cibiran warganet selepas ia memblokir PayPal. Kasus tersebut merupakan yang terjadi di negara yang kita cintai ini. Lalu, apakah perputaran pembagian kursi jabatan ini selalu menjadi ajang demi eksistensi atau sebuah politik balls budi?
Sialnya, istilah kampus seperti miniatur negara semacam menjadi doa yang buruk. Negara kecil kita tidak jauh beda dengan negara kita. Istilah itu dikabulkan dan terealisasi pada negara kecil kita, terlihat banyak kepala dan jajarannya yang berasal dari partai dengan membawa kepentingan masing-masing. Negara kecil dengan petingginya seringkali memberikan jabatan strategis bukan ke yang paling ahli, tapi ke yang lebih kenal dan dekat dengannya.
Bukan menjadi rahasia umum di negara kecil kita, dilihat dari siapapun yang akan menduduki jabatan strategis hanya dari partai yang menang dan menduduki sebagai kepala di Organisasi Mahasiswa (Ormawa) kampus. Banyak kita lihat proyekan buah hasil kemenangan kelompok berkepentingan ini dari pemateri saat Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) di tingkat universitas hingga fakultas dan proyek lainnya. Terkadang hal tersebut lumrah terjadi dan menjadi momen untuk mencari keuntungan atau hajatan bagi golongan yang menang. Lalu, apa bedanya negara kecil kita dengan negara kita?
Negara kita yang melimpah dengan kekayaan dan keburukan otak manusia yang (berkepentingan) selalu menjadi sasaran cap buruk mahasiswa kategori aktivis tersebut. Munafik, koruptor, bajingan, dan hal buruk lainnya menjadi kata yang sering ditumpahkan ke pemerintah, jika kebijkan dinilai bermasalah, korupsi merajalela, dan merugikan masyarakat. Hal serupa terjadi di negara kecil ini, tetapi seolah matanya tertutup dan mewajarkan hal tersebut. Pertanyaan nyeleneh muncul di kepala ku, "Apakah mereka seperti itu kelompok yang menikmati hasil hajatan juga?, makanya mereka enak-enak saja dan pura-pura keras ke negara kita agar aksi buruknya tidak tercium?".
Kutipan menarik dari Menteri Investasi, Bahlil Lahadahlia pernah berkata "Jika kalian jadi pejabat, mungkin lebih jahat dari saya.". Pernyataan tersebut sepertinya benar, melihat yang terjadi sekarang.
Pernah kepikiran ga sih dengan perubahan apa yang ingin kita gapai kedepan? Bila pelaku politik di negara kecil kita kelakuannya sama dengan mereka yang ada di negara kita. Paling yang membedakan hanya ukuran kekuasaan saja. Yang satu kekuasaan sungguhan dengan lingkup besar dan langsung berpengaruh pada rakyat Indonesia. Sedangkan, satunya kekuasaan kecil-kecilan dengan rakyat lingkup kecil pula.
Saran saya, kalian cepatlah untuk bertaubat, sudah itu aja. Jika kalian sejak dini sudah seperti ini, maka slogan 2045 menuju Indonesia emas hanyalah sebuah slogan yang tidak pernah tercapai kapanpun dan bangsa akan selalu terbebani dengan cita-cita bangsa untuk maju.
Penulis: Bujang
Desainer: IDN
Desainer: IDN