Ketua Ormawa Menjadi Pelaku Pelecehan Seksual: Korban Angkat Bicara
Redaksi
Berita
01 Mar 2024
Universitas Singaperbangsa Karawang diramaikan oleh cuitan @peakachu44 di X yang menceritakan kejadian pelecehan seksual yang dialaminya di salah satu Universitas di Karawang. Hal ini menimbulkan tanya di manakah Universitas yang dimaksud korban pada ceritanya.
Korban menjelaskan bahwa kejadian keji tersebut terjadi sekitar bulan Desember 2022 atau Januari 2023.
“Sebenarnya aku lupa untuk kejadian pastinya, tapi aku inget banget itu masa Pemira (Pemilihan Raya) sebelum dia naik jadi ketua umum. Nah mengingat sebelum Pemira berarti sekitar bulan Desember 2022 atau Januari 2023 seperti itu,” jelasnya saat diwawancarai secara langsung, Jumat (24/02/24).
Pelecehan terjadi di salah satu Sekretariat Organisasi Mahasiswa (Ormawa) yang bertempat di luar kampus. Saat kejadian, Korban sedang pulas tertidur dengan beberapa temannya yang sehingga tidak ada saksi mata pada saat kejadian.
“Pas aku di tengah-tengah tidur, aku merasa di sebelah kiri aku, ada yang pegang bagian dada aku. Tapi aku bingung harus bagaimana, terus aku pura-pura menggeliat tapi tetap dipegang. Awalnya dari luar, lalu masuk ke dalam, juga dari pakaian dalam terus masuk lagi ke bagian lebih dalam,” jelas Korban.
Korban menyebutkan waktu kejadian sekitar pukul 08.00 WIB karena saat korban terbangun sudah pukul 09.00 WIB. Selain melakukan hal keji, korban mengungkapkan bahwa pelaku pelecehan tersebut memiliki fetish yang targetnya tidak pandang bulu.
“Sebenarnya pelaku ini punya fetish, semua teman-teman kayaknya pada tahu. Dia suka megang-megang kuping bagian bawah. Entah itu mau tidur mau ngobrol, dia ngelakuin nggak ke perempuan doang tapi ke laki-laki juga. Nah, dia memperlakukan sama seperti itu ke payudara aku,” tambahnya.
Kejadian tersebut membuat Korban mati kutu atas aksi bejat pelaku. Setelah melakukan aksi bejat tersebut, pelaku sempat menawarkan korban untuk mengantarkan pulang ke kosan korban.
“Aku nunggu sampai dia selesai, terus pas ada celah, aku kayak pura-pura bangun gitu loh. Ketika aku bangun di situ tuh aku lihat di samping kanan ada orang juga tapi lagi tidur. Aku lihat samping kiri aku, si pelaku dan pas aku bangun di situ dia masih sempat nawarin mau gua anterin pulang ke kosan,” ujarnya.
Korban mengaku takut jika berteriak akan menimbulkan lingkungan yang canggung dan khawatir bahwa pelaku akan semakin beringas melayangkan aksi bejatnya terhadapnya.
“Mungkin orang-orang kenal aku tuh pemberani ya dan kalau mengenal korbannya pasti mereka bakal berpikir kenapa tidak teriak? tapi pas aku ngalamin kejadian ini gimana ya, aku mau teriak takut awkard, takut juga, takutnya dia nanti malah semakin ngapa-ngapain aku makanya di situ aku cuma diam sambil nunggu celah dia tuh selesai gitu loh biar aku pura-pura kayak orang habis bangun,” jelasnya.
Bukan hanya satu, Korban menyebutkan bukan hanya ia saja yang menjadi korban pelecehan seksual oleh pelaku yang sama. Namun, terdapat korban lain atas aksi bejat pelaku.
“Kalau misal benar-benar korban kayak yang dialami aku, itunya dipegang tanpa persetujuan ada dan yang aku baru tahu cuma satu,” ungkapnya.
Saat ini kasus sedang ditangani oleh Satgas (Satuan Petugas) PPKS (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) Korban menolak untuk menyelesaikan secara kekeluargaan. Pelaku sempat dipanggil oleh Satgas PPKS dan menyatakan dengan menyalahkan korban atas terjadinya aksi bejat pelaku.
“Dari aku nggak mau. Soalnya saat aku tahu, aku sempat nanya ke PPKS kan kayak bagaimana sih pengakuan dari pelaku, ya pelaku mengakui gitu sama perlakuannya, tapi dia malah kembali ke aku. Dia katanya menyalah balikan aku. Katanya dia, aku tuh welcome, dia ngerasa kalau aku tuh ada kemungkinan perasaan suka juga ke dia,” ujarnya.
Korban berharap Satgas PPKS dan pihak kampus dapat menyelesaikan kasus kekerasan seksual ini, hingga melakukan press release atas kejadian pelecehan seksual tersebut.
“Mungkin buat yang paling pertama untuk petugas PPKS sama pihak kampus. Menurut aku, nggak perlu ada rasa cemas atas pencemaran nama kampus ya, malah menurut aku suatu kebanggaan ketika Satgas PPKS bisa menyelesaikan ini dengan tuntas sampai press release seperti itu ya,” ujarnya.
Selanjutnya korban juga memiliki harapan untuk korban pelecehan lainnya dari pelaku yang sama ataupun bukan dari pelaku yang sama agar memiliki keberanian untuk bercerita atas perlakuan yang mereka alami.
“Aku harap punya keberanian untuk cerita ini nggak harus ke teman tapi bisa langsung ke pihak yang bisa menanganinya kayak PPKS. Aku harap harus aware sama diri sendiri, maksudnya kalau udah tahu diri sendiri nggak aman harus ke psikolog buat konseling jangan mikirin biaya ada BPJS. Karena menurut aku, sekalipun kita nggak mau cerita seenggaknya kita mengobati diri sendiri aja gitu loh jangan sampai kamu udah kayak gini, kamu juga ngorbanin diri sendiri. Hidup cuma sekali,” tambahnya.
(JN)