Memperingati Hari Pers Nasional PWI Mengadakan Seminar: AI Ancaman atau Peluang?

Redaksi
Berita
09 Mar 2024
Thumbnail Artikel Memperingati Hari Pers Nasional PWI Mengadakan Seminar: AI Ancaman atau Peluang?
Hari Pers Nasional tahun ini PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Karawang mengadakan Seminar Nasional yang mengusung tema “AI Dalam Jurnalistik, Peluang  atau Ancaman?” yang digelar pada Rabu, (6/03/2024) di Ballroom Hotel Mercure Karawang. Acara ini dihadiri oleh 32 kepala instansi dari 27 kepala dinas, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta tamu undangan lainnya.

Di era digital yang terus berkembang, kehadiran kecerdasan buatan atau biasa disebut Artificial Intelligence (AI) telah merambah berbagai sektor, termasuk jurnalistik. Keberadaan AI dalam dunia jurnalistik menghadirkan pertanyaan kritis tentang ancaman dan peluang yang mungkin timbul. Algoritma yang digunakan dalam pembuatan berita oleh AI mungkin mencerminkan bias data yang digunakan dalam pelatihan, hal Ini dapat menghasilkan berita yang tidak netral dan memperburuk masalah ketidakseimbangan informasi yang ada. 

Ini dapat menyebabkan kesalahan interpretasi dan menghasilkan berita yang tidak akurat atau merugikan. AI dapat membantu jurnalis dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara cepat dan memungkinkan pengambilan keputusan berbasis fakta. Ini dapat meningkatkan kualitas dan akurasi berita, serta mendukung investigasi yang lebih mendalam.
 
Pemaparan Materi oleh Laksono H.W selaku praktisi media nasional, Rabu (06/03/2024).
 
“Momentum Hari Pers Nasional tahun ini tuh kita fokus untuk membedah soal AI atau Artificial Intelligence. Karena kan teknologi AI ini baru booming beberapa tahun belakangan dan juga kan sedikit banyak mempengaruhi tentang teknologi atau pekerjaan dunia jurnalistik gitu ya. Karena kan selain dianggap memudahkan juga, kita belum memahaminya betul bagaimana konsep untuk mengoperasikannya dengan yang pas, gitu. Jadi kita buka seminar ini agar wawasan kita tentang AI itu bisa lebih luas. Karena kan kita juga mendatangkan narasumber yang memang kompeten di bidangnya, kan. Dari praktisi AI-nya ada, dari praktisi media nasionalnya juga ada dan juga dari praktisi hukum. Kalau hukum kan bicara tentang hak ciptanya gitu,” ungkap Kiki selaku ketua pelaksana seminar nasional saat diwawancarai secara langsung mengenai tujuan seminar ini pada Rabu, (06/03/2024).
 
Seiring dengan kemampuan AI untuk menghasilkan berita otomatis, ada kekhawatiran bahwa pekerjaan jurnalis manusia bisa terancam. Proses otomatisasi dapat menggantikan pekerjaan rutin dan mempengaruhi aspek kreatif dalam pembuatan berita. 

Dengan menggunakan AI, media dapat menyajikan konten berita yang lebih disesuaikan dengan preferensi pembaca. Ini menciptakan pengalaman berita yang lebih personal dan relevan. Meskipun terdapat ancaman yang harus diatasi, penggunaan AI dalam jurnalistik juga menawarkan peluang besar untuk memperbarui dan meningkatkan industri ini. 

Sementara itu Dandi supriyadi Pakar Artificial Intelligence (AI) mengungkapkan bahwa kehadiran AI bukan ancaman, tetapi bisa mempermudah pekerjaan jurnalis.

“AI dalam jurnalistik itu sebenarnya dikatakan ancaman itu bukan ancaman. Seharusnya dengan adanya AI pekerjaan jurnalistik menjadi mudah dan dengan adanya AI pekerjaan jurnalistik juga semakin berkualitas. Yang jadi masalah adalah bagaimana cara wartawan itu sendiri menggunakan AI. Ada yang terlalu menggantungkan pekerjaannya terhadap AI sehingga kualitas dari kerjaannya bukannya semakin meningkat tetapi malah menurun, monoton, dan bisa juga tidak terverifikasi dengan baik dan terlalu percaya dengan AI. Menurut saya itu yang menjadi masalah, seharusnya dengan adanya AI dapat membuat jurnalistik menjadi indah, lengkap, dan terverifikasi apabila kita menggunakannya dengan bijak,” ujarnya saat diwawancarai langsung, Rabu (06/03/2024).

Selain itu, harapan turut disampaikan oleh Imam Bahanan selaku Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Karawang.

“Pertama wartawan harus terus belajar, kedua wartawan harus berani dikritisi. Nah, sehingga antara dia belajar dan terus mengkritisi mudah-mudahan hasil karya jurnalismenya, karakter jurnalistiknya akan lebih baik. Khususnya teman-teman media, wartawan pemula atau pers mahasiswa ya artinya, tidak semua wartawan loh jelek dan tidak semua wartawan juga baik. Artinya cari yang baiknya itu ya buat teman-teman mahasiswa atau lembaga-lembaga pers mahasiswa itu harus terus belajar,” jelasnya. 

(JEL, AKY)

LPM Channel

Podcast NOL SKS