Menggali Akar Penindasan dan Sejarah Kapitalisme Kolonial di Papua: Sorotan Diskusi Publik di Universitas Singaperbangsa Karawang

Redaksi
Berita
28 Apr 2024
Thumbnail Artikel Menggali Akar Penindasan dan Sejarah Kapitalisme Kolonial di Papua: Sorotan Diskusi Publik di Universitas Singaperbangsa Karawang
Perpustakaan Punggung, Aksi Kamisan, hingga Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Unsika   menggelar Diskusi Publik yang didukung oleh Amnesty Chapter Unsika yang menghadirkan pemateri dengan mengangkat tema “Penindasan rasial dan sejarah pembentukan kapitalisme kolonial di Papua” Rabu (24/4/2024) bertempat di Kantin Universitas Singaperbangsa Karawang.
 
Suasana Diskusi Publik, Rabu (24/4/2024)
 
Penyelenggara Diskusi Publik dari Perpustakaan Punggung dan Aksi Kamisan, Rajib Viar Barka, menyatakan bahwa acara tersebut bukan lagi pertama kali diadakan.

“Sering—sering banget. Alhamdulillah cuman kayaknya ini baru pertama kali setelah puasa, karena ‘kan puasa liburan tuh. Sebelum puasa, pun puasa juga kita ada diskusian tentang ‘Negeri Nano’ gitu atau ‘One Piece’ kalau pernah mendengarnya. Iya, itu ngebahas tentang ‘One Piece’ dari segi penindasan juga,” ujarnya ketika diwawancarai langsung, Rabu (24/4/2024).

Selaku pemateri diskusi, Zidan Faizi menjelaskan bahwa pelaksanaan diskusi tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali diskursus mengenai Papua dengan cara yang lebih holistik, tidak terbatas pada konteks kekerasan semata.

“Tujuannya tadi sebenarnya untuk membumikan lagi diskursus tentang Papua, bukan hanya dalam lapisan kekerasan gitu, karena kalau hanya dalam lapisan kekerasan. Maka kita hanya akan menyalahkan satu sama lain, tanpa belajar dari sejarah dan bagaimana teroiterori yang berkembang, yang akhirnya sejarah itu berimplikasi hingga hari ini. Maka dari itu, banyak kita bicara dari sejarah dan pola-pola relasi ekonomi politik, untuk bisa melihat bagaimana pola konflik di Papua itu terus terjadi hingga hari ini,” tuturnya ketika diwawancarai secara langsung, Rabu (24/04/2024).
 
Penjelasan Materi oleh M. Abdurrohim, Rabu (24/4/2024)
 
Diskusi yang dipandu oleh Zidan Faizi sebagai pemateri pertama dari Perpustakaan Punggung dan M. Abdurrohim sebagai pemateri kedua dari Komunitas Amnesty Chapter Unsika ini berlangsung cukup antusias dengan banyaknya peserta yang hadir dari berbagai komunitas.

Penindasan dan kapitalisme memiliki suatu keterkaitan yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan dengan mempekerjakan tenaga kerja. Namun, upah yang didapatkan sangat rendah. Bahkan, masyarakat Papua mengalami penindasan suku, agama, ras dan antar golongan.

Mahasiswa Jurusan Manajemen  angkatan 2021, Marsel Mario Agapa selaku peserta turut memberikan tanggapannya bahwa diskusi itu adalah suatu terobosan yang luar biasa.

“Kalau menurut saya sangat bagus sih, saya sendiri orang papua juga nggak tahu beberapa informasi yang dikasih tahu tadi. Jadi, itu sangat membuka wawasan tentang Papua itu sendiri, kalau Papua tuh pernah begini, terkait beberapa sejarah yang disinggung oleh akang-akang tadi, tentang HAM juga. Orang Papua juga hal-hal begitu kurang tau juga, jadi sangat tertarik sekali dan baik juga tentang diskusi ini. Sangat informatif,” ungkapnya ketika diwawancarai langsung, Rabu (24/2/2024).

Zidan pun turut menyampaikan harapannya agar pemahaman mengenai sejarah dan persoalan-persoalan yang terdapat di Papua dapat dipahami lebih lanjut kembali. 

“Harapan dan pesannya kepada peserta yang hadir sebenarnya adalah bisa memahami lagi tadi, bahwa persoalan Papua bukan hanya persoalan kekerasan antara negara, yang mana dilakukan oleh tentara ya, ataupun OPM(Organisasi Papua Merdeka) yang sedang berkonflik. Persoalannya bukan hanya itu dan harus melihat lebih jauh, lebih dalam, bahkan bagaimana relasi-relasi ekonomi politik disana yang akhirnya membuat perlawanan-perlawanan warga Papua gitu sering terjadi. Kemudian menjadi lebih ekstrim, karena tadi kita harus melihat bagaimana relasi ekonomi politik dan sejarah yang menyelimuti bagaimana hari ini Papua terus berkonflik,” paparnya.

Selain itu, Marsel juga ikut berharap di masa depan akan ada lebih banyak diskusi serupa dengan narasumber dan informasi baru sehingga diskusi akan menjadi lebih beragam serta mungkin menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang Papua dan tantangan yang dihadapinya.

“Semoga ke depannya ada lagi diskusi-diskusi seperti ini dengan narasumber baru dan informasi yang baru juga. Kalau bisa juga ada beberapa teman-teman saya kalau mau bisa dibantu untuk materi. Kan kalo di sini kan pandangan dari teman-teman yang dari sini aja kan, mungkin dari  papua sana juga kalau mau bisa dibantu.”

(LAE, LYL, KAA)

LPM Channel

Podcast NOL SKS