PLTGU Cilamaya Rusak Kondisi Sosial Ekologis Karawang, Bagaimana Peran Mahasiswa Unsika Menyikapinya?
Redaksi
Berita
24 Mar 2024
Sebuah infrastruktur besar dan megah baru saja muncul di Karawang. Infrastruktur yang dipercaya dapat menghasilkan muatan listrik dengan kapasitas 1.760 megawatt itu dikenal dengan nama PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap) Jawa 1. Jumlah kapasitas muatan listrik sebesar tersebut dipercaya dapat memasok listrik yang dapat mencegah pulau Jawa dan Bali dari kegelapan. PLTGU Jawa 1 juga merupakan PLTGU terbesar di Asia Tenggara, sehingga dengan gelar tersebut tentu saja PLTGU Jawa 1 memakan banyak lahan yang mungkin sebelumnya merupakan lapangan pencaharian pendapatan masyarakat sekitar seperti sawah, tambak, kebun, atau lahan-lahan lainnya.
PLTGU Jawa 1 ini terletak di Desa Cilamaya Wetan, Karawang. Pembangunan PLTGU dimulai sejak Desember 2018 dan sampai saat ini sudah menimbulkan beberapa dampak yang cukup merugikan masyarakat sekitar. Selain memakan banyak lahan, pembangunan megastruktur ini tentunya akan memakan biaya yang sangat besar. Biaya yang dimaksud bukan hanya masalah uang, tetapi juga biaya yang harus dibayar atas kerugian non materiil lainnya seperti kerusakan lingkungan hingga kesehatan warga sekitar yang terancam.
Untuk membahas hal tersebut, Dont Gas Indonesia bersama Perpustakaan Punggung dan beberapa komunitas lainnya mengadakan Diskusi Publik yang diberi tajuk “Kondisi Sosial Ekologi Karawang dan Peran Mahasiswa dalam Krisis Ekologi” pada Jumat (22/3/2024). Diskusi ini mengundang beberapa pemateri, di antaranya dari Dont Gas Indonesia dan LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Didaktika UNJ (Universitas Negeri Jakarta).
Pemaparan materi yang disampaikan mengulas beberapa hal terkait dampak dari PLTGU Jawa 1, mulai dari dampak kesehatan warga sekitar hingga dampak sosial lainnya. Perlu diketahui jika selama ini PLTGU dinarasikan sebagai energi bersih. Namun, sebenarnya komponen utama dari PLTGU adalah gas yang merupakan energi yang dihasilkan dari endapan fosil dan jika sumber energi tersebut diambil secara terus menerus tentunya akan menimbulkan kerusakan lingkungan pula.
“Tapi, ya pada dasarnya gas itu ya sumbernya dari fossil gitu, kalo ini diambil untuk proyek ini ya dia akan mengakibatkan banyak hal, salah satunya karena dia komposisi utamanya adalah metana, maka dia juga akan mempercepat yang namanya krisis iklim itu sendiri,” ujar Sigit Karyadi, salah satu anggota dari Dont Gas Indonesia, Jumat (22/3/2024).
Dalam pemaparan materinya, Sigit juga mengatakan PLTGU Jawa 1 menghasilkan beberapa unsur yang berbahaya untuk tubuh manusia, di antaranya seperti Bromin, Tembaga, Klorin, Kromium, dan unsur-unsur lainnya. Unsur-unsur tersebut dibawa keluar melalui limbah PLTGU yang dibuang di Teluk Chiasem, Karawang.
Dampak negatif terhadap lingkungan yang dikatakan Sigit sudah benar-benar terjadi di desa Cilamaya. Masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai nelayan mengeluhkan perihal pendangkalan yang terjadi di sana. Akibat dari pendangkalan itu, para nelayan terpaksa harus mencari ikan lebih jauh dari wilayah tangkap biasanya dan hal itu membuat nelayan harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli bahan bakar kapal. Hal itu dikatakan oleh Ragil Firdaus, wartawan LPM Didaktika UNJ yang pernah melakukan penelitian di Desa Cilamaya.
“Dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat khususnya nelayan ya ngomongin pendangkalan dan kehilangan wilayah tangkapan ikan yang biasa mereka ngambil ikan di sini-sini aja gitu, tapi akhirnya wilayah tangkapnya kurang mereka harus apa ya, ya mengongkosin solar lebih dari biasanya dan lain sebagainya, macam itu lah,” ujarnya, Jumat (22/3/2024).
Saat pemaparan materi, Ragil juga mengungkapkan para petani tambak juga merasa resah akibat limbah yang dihasilkan oleh PLTGU Jawa 1 karena turut berefek pada tambak-tambak yang mereka miliki. Selain itu, PLTGU Jawa 1 juga dibangun di atas tanah milik petani, sehingga mereka terpaksa kehilangan mata pencaharian mereka.
Tema diskusi ini juga membahas perihal peran mahasiswa dalam menyikapi dampak negatif yang diakibatkan dari pembagunan PLTGU Jawa 1. Presiden Mahasiswa, Yoga Muhammad, menyampaikan bahwa sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita turut mengamalkan Tri Dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat. Mahasiswa sebagai agent of change diharapkan untuk ikut serta mewadahi aspirasi masyarakat dan peka terhadap peristiwa peristiwa yang terjadi di luar kampus.
“Harapan saya kita bisa mengimplementasikan 3 hal tersebut dengan baik tidak hanya terpaku pada mata kuliah atau KKN gitu kan, tapi kita bisa lived in di masyarakat, kita bisa mencium keringat masyarakat, kita bisa merasakan keperihannya untuk menimbulkan suatu solusi,” ucap Yoga saat diwawancarai secara langsung, Jumat (22/3/2024).
Ragil pun turut berpendapat mengenai bagaimana seharusnya perspektif mahasiswa dalam menyikapi permasalahan yang ada.
“Saya pikir ketika memang ingin akhirnya membantu masyarakat Cilamaya Wetan, selain akhirnya kita turun langsung ke masyarakat satu hal yang patut kita perhatikan adalah ya kita barangkali penting untuk merefleksikan kembali perspektif kita. Kita sebagai mahasiswa itu suatu entitas yang lebih tinggi dari masyarakat kah? Atau setara sebenarnya? Itu kan sebenarnya satu hal yang penting kan ya, karena itu nantinya akan berdampak ke lapangan bahwa ketika memang kita menganggap diri kita lebih tinggi dari masyarakat ya nantinya bukan justru barisannya sama rakyat, malah akhirnya berseberangan,” ujarnya. Ia pun mengatakan jika sebagai mahasiswa harus menjauhkan kepentingan pribadi sebagai mahasiswa dan masuk ke kepentingan kolektif antar mahasiswa.
(INA, TBN)